Cerpen: Kekasih dalam Bayangan
Rinai hujan telah membasahi bumi sejak 2 jam yang lalu. Nyanyian hujan yang seolah berbalut kepiluan, membalut bumi dalam selubung tipis kesunyian. Hanya, bukan itu yang membuat hatiku sedemikian pilu. Rinai hujan hanya pendukung, dari pemeran utama yang membuat hatiku berderai hancur. Air mataku mengalir, tak ingin kalah dengan hujan yang jatuh sesorean ini. Aku bahkan tak sudi lagi menghapus untaian kristal bening itu, yang begitu tak tahu malu terus mengalir meski telah kusapu berkali-kali. Dia, laki-laki yang tengah bersimpuh sambil memeluk tubuh seorang gadis yang telah kehilangan jiwanya itu adalah sang pemeran utama. Tangisan, rintihan dan teriakan frustasinyalah yang telah mengoyak jiwaku. Gumam kata maafnya, seolah menambah remuk jiwaku yang telah lumpuh. Aku berteriak, menyumpahinya dengan puluhan sumpah serapah yang terlintas di kepalaku. Menyadarkannya, bahwa kepiluannya tak akan dapat mengembalikan apa yang telah direnggut takdir darinya. Aku menarik unta...