Cerpen Aksi

Cerpen Aksi:

Sisi Gelap Sang Bintang

Aku menimbang-nimbang jam saku di tanganku. 30 detik lagi, arah jam 7 gadis itu akan muncul di sana. Dan jika perhitunganku tidak salah, laki-laki itu akan datang 75 detik kemudian dari arah jam 3.
Tik....tik...tik...
Benar saja dugaanku, gadis itu berjalan pelan dari mulut gang. Gaun sutra berwarna navy miliknya tampak hampir menyatu dengan kegelapan gang malam ini. Adelaine Lhancaster, siapa yang tidak mengenal gadis cantik itu. Seorang penyanyi sekaligus super model yang tengah digandrungi banyak orang belakangan ini. Tidak ada yang tahu betapa gelap kehidupan sang aktris muda itu sebenarnya. Namun aku, telah mengetahui cukup banyak untuk diceritakan pada kalian.
Laki-laki itu muncul tepat 75 detik kemudian, aku menyeringai, ternyata tidak salah aku mempelajari pergerakan mereka berdua beberapa bulan ini. Mereka benar-benar memperhitungkan segalanya secara tepat, aku juga begitu.
Laki-laki itu menyerahkan bungkusan hitam yang kuyakini berisi serbuk putih yang biasa di sebut orang-orang dengan shabu-shabu. Bukan...kalian salah mengira jika berfikir Adelaine adalah salah satu dari ribuan orang yang mengkonsumsi barang laknat itu. Nyatanya, Adelaine, sang bintang besar adalah pengedar. Super model itu yang membantu sindikat-sindikat dagang besar menjual barang laknat itu pada bintang-bintang lain. Namun, aku berani  bertaruh Adelaine pasti juga mengkonsumsi barang itu.
Adelaine menerima bungkusan itu dengan senang hati.
“Aku akan transfer uangnya nanti, Nic,” ucap Adelaine dengan suara rendah. Tentu saja dia begitu karena takut ada orang-orang sepertiku yang menguping pembicaraannya dari balik semak-semak pinggir jalan.
“Little-Boy-F5924. Sekarang,” ucapku pada benda mungil yang ada di lipatan kerahku. Beberapa detik kemudian, puluhan orang dengan pakaian persis seperti yang kukenakan langsung menyerbu mereka berdua, maksudku mereka hanya menyerbu Nic. Namun Adelaine juga menjadi sasaran karena kebetulan berada di tempat itu.
Jangan anggap kami berlebihan karena menggunakan hampir 20 pasukan bersenjata untuk menangkap seorang pengedar narkoba seperti Nicholas Spencer. Laki-laki itu jauh lebih kuat dari kelihatannya.
Benar saja, dalam 90 detik setelah agen kami turun dan menyerbu mereka. Para pengawal Nicholas yang berjumlah hampir 50 orang langsung keluar dan membantu tuannya.
Kami kalah jumlah, namun menang dalam hal strategi. Karena sebelum ini, aku telah memikirkan adanya kemungkinan seperti ini.
Ada sekitar 5 orang di depanku, dan setelah kuhitung-hitung, aku hanya punya 3 peluru dalam revolverku. Jikapun aku berhasil menembak dengan sisa peluruku itu, masih ada 2 orang tersisa yang siap melubangi kepalaku karena dendam teman-temannya.
Dorr...dorr...dorr...
Tiga tembakan itu sukses melubangi kepala 3 dari 5 orang di depanku. Tidak, tembakan itu bukan berasal dariku. Melainkan dari gadis bermata kelam yang berdiri beberapa meter di depanku. Aku membereskan 2 orang yang tersisa dan sekarang aku hanya tinggal memiliki 1 peluru dalam revolverku.
Aku melihat Nicholas mengangkat pistolnya pada gadis bermata kelam yang tadi menolongku. Langsung saja kuarahkan revolverku padanya.
Dorr...
Tembakanku tepat mengenai tangannya hingga pistol itu terlempar cukup jauh. Aku membuang revolverku dan mulai berkelahi dengan tangan kosong. Ini mudah bagiku, namun sepertinya tidak begitu dengan Nicholas, laki-laki itu tampak kesulitan.
15 menit kemudian kami telah berhasil melumpuhkan semuanya. Ya...kemenangan telak.
“Kenapa kalian juga menangkapku! Bukankah urusan kalian hanya dengan Nic!” pekik Adelaine saat agen kami menyeretnya menuju mobil.
“Karena kau juga pengedar, kami akan menyerahkanmu pada kepolisian. Dengar Adelaine Lhancaster, kau seorang publik figur, harusnya kau memberi contoh  yang baik pada penggemarmu. Bukan malah mengedarkan barang laknat itu pada teman-temanmu. Publik figur sekarang benar-benar tidak tahu aturan,” ucapku sambil ikut menyeretnya memasuki mobil.
Aku menghela nafas pelan, tugas kami selesai hari ini. Namun telah ada tugas yang lebih berat menanti.

Komentar

  1. Konten yang menarik, Kak. Gaya bahasa mudah dipahami dan kaidah bahasa sudah bagus. Saran saja, dari segi cerita terkesan agak terburu-buru. Tapi menarik, kok. Lanjutkaaan!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel Bintang

Let's To Write!